Pemahaman mengenai paradigma inkuiri apresiatif (IA)
Perubahan…
merupakan sebuah kata yang kadang sulit untuk kita terima.
Hal
yang tidak mudah untuk menjalankan sebuah perubahan positif yang ada di
sekolah, karena suatu perubahan perlu adanya kerjasama oleh semua pihak, dan
upaya yang konsisten. Melakukan perubahan budaya positif tentu memiliki
tantangan. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus
melakukan inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang sedang dihadapi pada masa
kini dan yang akan datang.
Inkuiri
apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi sekolah
Melalui pendekatan inkuiri apresiatif yaitu, mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan ketiadaan menjadi tidak relevan.
Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian menyelaraskan hal positif atau kekuatan dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah.
Bagian mana dari IA yang berkaitan dua poin KHD yaitu kodrat
alam dan kodrat jaman?
IA berorientasi pada perubahan ke arah yang positif dan lebih baik sesuai
dengan kodrat jaman yang selalu berubah sepanjang waktu. Bahwa kodrat alam
merupakan hak hak yang melekat pada manusia dalam hal ini murid, bahwa murid
sudah sedemikian adanya mempunyai kemampuan daya pikir dan bertumbuh sesuai
dengan kodratnya masing masing. “Anak-anak
hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan
menuntun tumbuhnya kodrat itu”.
Bahwa pendidik hanya
merancang, merawat dan menuntun untuk mengembangkan hal hal positif pada diri
murid sesuai kodratnya yang kemudian disesuaikan dengan perkembangan jaman
untuk bisa dijadikan sebuah kegiatan murid yang positif inovatif sehingga murid bisa bertumbuh sesuai
kodratnya
Peran pendidik
- bahwa tut wuri handayani ialah
mengakui adanya pembawaan, bakat, ataupun potensi yang dimiliki anak yang
dibawa sejak lahir. Dengan kata tut wuri pendidik diharapkan dapat
melihat, menemukan dan memahami bakat atau potensi yang muncul dan
terlihat pada anak didik untuk selanjutnya mengembangkan pertumbuhan yang
sewajarnya dari potensi-potensi tersebut. Seorang guru adalah pendidik
yang terus-menerus memberikan dorongan semangat dan menunjukkan arah yang
benar untuk anak didiknya. Dalam arti lain bahwa tut wuri handayani,
seorang pendidik selalu mendukung dan menopang (mendorong) para muridnya
berkarya ke arah yang benar bagi hidup masyarakat. Pendidik mengikuti para
muridnya dari belakang, memberi kemerdekaan bergerak dan mempengaruhi
mereka dengan kekuatannya
- Dalam tut wuri terkandung maksud
membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru
memperhatikan. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik,
dalam arti membimbing atau mengajar. Dengan demikian membimbing mengandung
arti bersikap menentukan ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi
memaksanya menurut kehendak sang pendidik.
Bagaimana kita memanfaatkan
paradigma IA untuk mewujudkan dua poin KHD tersebut?
Yang pertama yang harus dilakukan adalah
dimulai dengan menggali hal-hal
positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki, menginventarisasi
daftar kegiatan positif atau kekuatan positif yang sudah berjalan yang terkait
dengan pemikiran KHD tentang kodrat alam dan kodrat jaman tentang bagaimana
sekolah mengembangkan potensi positif sesuai kodrat yang dibawa murid, setelah
itu kita bisa terapkan tahapan BAGJA sampai dengan eksekusi program yang
sejalan dengan visi sekolah.
Ketut
Ngurah Artawan-CGP Karangasem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar